Jakarta - Persaingan diantara perusahaan elektronik saat ini sangat
ketat. Tidak hanya bersaing dengan keunggulan teknologi produk mereka, tetapi
persaingan ini memaksa mereka memiliki perhatian khusus kepada service dan itu menjadi
alat marketing yang efektif. After sales service merupakan salah satu alatnya.
Peningkatkan kualitas customer service juga dapat menjadi kunci dalam memperoleh keuntungan persaingan bisnis ini. Meskipun kualitas produk juga dibutuhkan, dengan menawarkan service yang baik, konsumen akan tertarik dengan produk yang ditawarkan.
Memang sebuah service bukanlah suatu produk utama perusahaan. Karena service baik bisa menjadi kemasan yang menarik dalam mempresentasikan produk ke konsumen. Sehingga kebanyakan perusahaan berusaha membuat program kombinasi penjualan dengan service untuk meningkatkan sistemnya.
Bruce Peeling (2004) menyatakan; service and sales need to work together to understand the value we each create and to develop programs jointly that will offer our targeted customers the added value they need to maintain long-term relationship.
Dia juga menyatakan : Service in front of costumers more often than other channel partners and, as a result, generally have the greatest influence. That’s why we should start using service for what it is...a valuable tool in our sales toolbox.
Posselts dan Gerstner (2005) menyatakan bahwa, ada dua tipe service untuk sales; service sebelum penjualan (pre-sale service), dan setelah penjualan dilakukan (after sales service). After sales service ini terkadang tidak banyak diketahui keberadaannya oleh para konsumen. Oleh karena itu, tidak sedikit pula perusahaan mengiklankan after sales service mereka lewat berbagai media untuk membangun image brand mereka yang baik serta untuk meningkatkan penjualan mereka.
Namun, semua itu harus ditunjang juga dengan People yaitu sikap pelayanan dari orang-orang yang ada di seluruh perusahaan tersebut, Process yaitu sistem pelayanan termasuk fasilitas, ketepatan dan kecepatan melayani dan Physical yaitu fisik bangunan atau lokasi termasuk kenyamanan, keamanan dan kemudahan akses menuju lokasi. Ini baru meliputi saat bertransaksi, belum termasuk layanan purna jual dan customer communication.
Referensi :
Peningkatkan kualitas customer service juga dapat menjadi kunci dalam memperoleh keuntungan persaingan bisnis ini. Meskipun kualitas produk juga dibutuhkan, dengan menawarkan service yang baik, konsumen akan tertarik dengan produk yang ditawarkan.
Memang sebuah service bukanlah suatu produk utama perusahaan. Karena service baik bisa menjadi kemasan yang menarik dalam mempresentasikan produk ke konsumen. Sehingga kebanyakan perusahaan berusaha membuat program kombinasi penjualan dengan service untuk meningkatkan sistemnya.
Bruce Peeling (2004) menyatakan; service and sales need to work together to understand the value we each create and to develop programs jointly that will offer our targeted customers the added value they need to maintain long-term relationship.
Dia juga menyatakan : Service in front of costumers more often than other channel partners and, as a result, generally have the greatest influence. That’s why we should start using service for what it is...a valuable tool in our sales toolbox.
Posselts dan Gerstner (2005) menyatakan bahwa, ada dua tipe service untuk sales; service sebelum penjualan (pre-sale service), dan setelah penjualan dilakukan (after sales service). After sales service ini terkadang tidak banyak diketahui keberadaannya oleh para konsumen. Oleh karena itu, tidak sedikit pula perusahaan mengiklankan after sales service mereka lewat berbagai media untuk membangun image brand mereka yang baik serta untuk meningkatkan penjualan mereka.
Namun, semua itu harus ditunjang juga dengan People yaitu sikap pelayanan dari orang-orang yang ada di seluruh perusahaan tersebut, Process yaitu sistem pelayanan termasuk fasilitas, ketepatan dan kecepatan melayani dan Physical yaitu fisik bangunan atau lokasi termasuk kenyamanan, keamanan dan kemudahan akses menuju lokasi. Ini baru meliputi saat bertransaksi, belum termasuk layanan purna jual dan customer communication.
Referensi :
- Posselt, T. and Gerstner, E. (2005). Pre-sale vs post-sale e-satisfaction: impact on repurchase intention and overall satisfaction. Journal of Interactive Marketing, Vol. 19
- Bruce Peeling. (2004). Partnering Service with Sales. Food service equipment & supplies, pp54
Komentar
Posting Komentar